Hari ini saya meeting di 3 mal. Yang terakhir di senayan city.
Di postingan lalu saya menjelaskan soal eskapologi mall. Mall adalah sarana orang untuk melarikan diri dari penatnya kehidupan (ceritanya...).
Yang tertarik untuk diamati adalah 'artifisialitas' dalam fenomena mall mall di Jakarta. Artifisialitas ini tertuang terutama dalam arsitektur dan dekorasi interior mall. Tujuan dari artifisialitas ini adalah untuk menciptakan sebuah simulacrum, pemisah antara dunia khayali dengan yang nyata, yakni antara jalanan jakarta yang berdebu dan macet dengan segala kemiskinannya dengan mall yang sejuk, megah dan bersih.
Tapi semua simulacrum pasti ada akhirnya. Di mall, akhir itu adalah ketika waktunya tiba untuk tutup. Para pekerjanya pun harus pulang ke kos kosannya yang berukuran 1x3 meter yang mungkin udaranya tidak sesejuk di mall. Ini adalah waktunya untuk kembali kepada realitas.
Ibarat teater, sekarang adalah waktunya menggulung layar dan membersihkan dekor. Segala gemerlap mall pudar bersama matinya cahaya neon. Yang tersisa adalah bangunan besar dan gelap, tak bermakna.
The show is over for today.
See also: